Siswa-Siswi Terlantar, Perjuangan SDN Pondok Cina 1 Semakin Sukar

Redaksi Suara Mahasiswa · 9 Desember 2022
5 menit

Pemandangan revitalisasi trotoar terlihat menghiasi depan gedung Sekolah Dasar Negeri (SDN) Pondok Cina 1. Sekolah tersebut sunyi tanpa adanya tawa riang dan suara derap kaki anak-anak yang berlarian. Beberapa kali kami mengintip ke dalam gedung untuk mencari keberadaan para penghuni sekolah, tetapi nihil. Pada Jumat (11/11) kemarin, sekolah terlihat sepi seperti gedung tidak berpenghuni. Usut punya usut ternyata SDN Pondok Cina 1 tengah diliburkan sehari, sebab, sekolah tersebut menjadi korban dari perencanaan pembangunan yang kurang matang.

Sebelumnya, SDN Pondok Cina 1 membuat jagat maya gempar akibat sebuah video yang menampilkan orang tua murid SDN Pondok Cina 1 yang melakukan protes karena mobilisasi siswa-siswi menjadi terhambat akibat adanya revitalisasi. Dalam video, tampak seorang ibu marah besar lantaran akses jalan menuju SD tersebut telah tertutup rata oleh trotoar yang baru dibangun. “Ya Allah, jalanan ke sekolah aja ditutup coba. Gimana coba ini anak-anak mau masuk ke sekolah. Separah inikah sekolah? Sampai mereka diginiin,” ucap orang tua siswa di dalam video tersebut. Lantas peristiwa itu menarik banyak perhatian dan menuai protes keras dari netizen kepada pemerintah kota Depok.

Melalui informan kami, Wawan (bukan nama sebenarnya), ia mengungkap bahwa revitalisasi ini bak Candi Prambanan yang dibangun dalam waktu satu malam. “Sebelumnya itu jalanan masih normal. Nah, pas Rabu tengah malam ada pengecoran. Tahu-tahu saat pagi, anak-anak nggak bisa masuk ke sekolah karena akses gerbang tertutup (oleh pengecoran - red),” ujar Wawan.

Sebelum permasalahan revitalisasi ini mencuat, SDN Pondok Cina 1 telah diterpa oleh isu relokasi yang juga menuai kontra dari sekolah dan orang tua murid. Pasalnya, para orang tua murid khawatir dengan pendidikan anaknya yang akan terganggu apabila diadakan relokasi. Sebagai bentuk protes atas kebijakan ini, para orang tua murid menempelkan secarik kertas bertuliskan “KEMBALIKAN HAK ANAK KAMI” di depan sekolah. Wawan menerangkan alasan dari rencana relokasi tersebut disebabkan adanya wacana pembangunan masjid di lahan SDN Pondok Cina 1.

“Udah ini (masalah relokasi - red) belum selesai, ada lagi masalah baru revitalisasi, akhirnya mengundang (kemarahan orang tua - red),” tutur Wawan.

Siswa Terombang-Ambing dalam Ketidakpastian
Permasalahan revitalisasi rupanya hanya merupakan percikan api kecil dari permasalahan lain yang lebih besar. Terhitung satu bulan sebelum permasalahan revitalisasi tersebut viral, para orang tua murid sudah terlebih dahulu diresahkan dengan adanya wacana relokasi SDN Pondok Cina 1 untuk dijadikan masjid. Pada penghujung Agustus 2022, pihak sekolah melakukan sosialisasi mengenai wacana tersebut. Namun, wali murid tak kunjung mendapatkan informasi lebih lanjut hingga wali murid pun geram. Pasalnya, wacana relokasi ini dilaksanakan secara terburu-buru tanpa memperhatikan kondisi siswa. “Silahkan kalau mau dibangun (masjid raya - red) tapi kami dibangun dulu sekolahnya, anak-anak dipindah, baru dibangun,” tutur Ecy, seorang wali murid SDN Pondok Cina 1, ketika kami wawancarai.

Bertepatan dengan meledaknya berita revitalisasi yang mengangkat polemik di SDN Pondok Cina 1, bantuan demi bantuan datang dari masyarakat umum dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Depok. Audiensi demi audiensi telah dilakukan—pada awalnya, pihak DPRD telah mengeluarkan rekomendasi, yakni untuk tetap mempersilakan anak-anak tetap belajar di SDN Pondok Cina 1 selagi menunggu pembangunan gedung yang baru. Awalnya, rekomendasi ini diterima, tetapi pada akhirnya, keputusan relokasi tetap diambil meskipun masih belum menemukan titik temu.

Pada 5 November, pihak sekolah sudah mengedarkan surat pemberitahuan kepada seluruh siswa bahwa kegiatan belajar mengajar akan dipecah ke beberapa sekolah lain. Siswa-siswi SDN Pondok Cina 1 akan “menumpang” belajar pada sesi siang di SDN Pondok Cina 3 dan SDN Pondok Cina 5. Pada hari berikutnya, sekolah tiba-tiba sudah ramai oleh mobil pengangkut barang yang akan memindahkan kursi-kursi SDN Pondok Cina 1 ke sekolah “sebelah”. Ecy menilai terdapat cacat prosedur dalam wacana relokasi yang dilakukan. Kendati pihak otoritas selalu bersikeras bahwa mereka hanya menjalankan perintah dari walikota, wali murid maupun pihak sekolah tak pernah mendapatkan Surat Keputusan (SK) secara resmi.

Permasalahan kemudian menjadi semakin runyam dengan absennya guru-guru SDN Pondok Cina 1 dalam kegiatan belajar mengajar. Mulanya, pada tanggal 7 November 2022 kegiatan belajar mengajar dilaksanakan secara BDR atau belajar dari rumah. Setelahnya, kehadiran guru tidak lagi terasa di antara para murid. “Gurunya, kan, ditahan di sana (SDN Pondok Cina 3 dan SDN Pondok Cina 5 -red), harus ke sana (mengajarnya -red) karena diawasi sama dinas,” terang Asih, wali murid sekaligus koordinator relawan SDN Pondok Cina 1.

Pada Hari Guru Nasional yang jatuh pada tanggal 25 November kemarin pun, murid-murid melaksanakan upacara tanpa hadirnya guru. Bendera setengah tiang dikibarkan, sebagai tanda rasa sedih dan kecewa terhadap wacana pembangunan masjid raya di atas tanah bangunan pendidikan yang telah berdiri sejak tahun 1946 ini.

Dalam mengisi kekosongan pendidik, kegiatan belajar mengajar diisi oleh para relawan yang terdiri dari elemen mahasiswa dan penggiat sosial. Namun, Asih mengungkapkan jumlah relawan saat ini masih kurang untuk mendidik sekitar 360 siswa SDN Pondok Cina 1. Oleh karena itu, Asih mengimbau para mahasiswa untuk bersedia menjadi relawan pengajar di SDN Pondok Cina 1.

Sulthan Ali Pasha, mahasiswa Fakultas Ilmu Matematika dan Pengetahuan Alam (FMIPA) UI angkatan 2019, selaku koordinator relawan mahasiswa menjelaskan perharinya terdapat sekitar 6-8 relawan yang bertugas. Namun, para relawan mahasiswa kerap kali terkendala dengan jadwal kuliah yang bertabrakan dengan jadwal kegiatan belajar mengajar di SDN Pondok Cina 1. Tak hanya relawan, siswa-siswi pun mengalami kendala selama kegiatan belajar. Sulthan menuturkan akses listrik dan air sempat diputus, sehingga fasilitas SDN Pondok Cina 1 sempat terkendala. Selain itu, siswa-siswi terkadang merindukan kehadiran guru-guru mereka.

“Kadang kangen ya, sama gurunya, karena kalau dilihat dari excitement-nya, semangat belajarnya itu masih tinggi,” tutur Sulthan, “ini kan pendidikan dasar ya, fondasi dasar pendidikan bagi murid-murid. Kalau mau dipindahin nggak apa-apa tapi disediakan fasilitas yang lebih layak karena susah juga mereka belajar dengan kondisi tidak layak kayak gini,” tambahnya.

Saling Lempar Tuduhan “Perintah”
Kendati demikian, alih-alih memberikan klarifikasi dan kejelasan terkait alih fungsi lahan SDN Pondok Cina 1, Wali Kota Depok, Mohammad Idris, menyebut perencanaan relokasi tersebut datang dari permintaan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil. Pernyataan tersebut sebagaimana dilansir dari Kompas.com (15/11), “Pak Gubernur ingin sekali mengakomodir bersama orang-orang Depok yang selalu sampai laporannya ke Provinsi, bahwa orang Depok katanya kalau pulang kerja itu selalu susah nyari masjid untuk solat,” ungkap Idris.

Selain itu, alasan lain yang membuat Pemerintah Kota (Pemkot) Depok memilih melakukan relokasi adalah karena mahalnya harga lahan di Margonda yang mencapai Rp30 juta per meter. Wali Kota Depok juga menyatakan Gubernur Jawa Barat meminta aset Pemkot Depok yang bisa dialihfungsikan untuk pembangunan masjid.

Terkait polemik yang membawa namanya ini, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil memberikan klarifikasi secara langsung melalui akun instagram resminya, @ridwankamil. Pihaknya menyatakan bahwa pihak provinsi hanya sebatas menampung aspirasi serta memberikan persetujuan atas pembangunan tersebut.  “Dalam kasus ini sebenarnya sederhana. Pemerintah Provinsi Jabar kapasitasnya hanya aspirasi daerah … selama ini pihak Pemprov dilapori pihak Pemkot Depok bahwa lahan sudah aman terkendali dan sudah akan ada rencana relokasi untuk sekolah dasar tersebut,” tulis Ridwan Kamil. Ia membantah pernyataan Wali Kota Depok yang mengatakan bahwa pembangunan masjid berasal dari permintaan dirinya.

Kontradiksi kedua belah pihak mengindikasikan adanya miskoordinasi antar pemangku jabatan. Perdebatan ini tidak memberikan jawaban maupun solusi atas permasalahan relokasi SDN Pondok Cina 1 yang menyebabkan nasib anak-anak sekolah tersebut terombang-ambing. Hingga saat ini, siswa SDN Pondok Cina 1 masih belajar di sekolahnya meskipun tanpa guru. Para siswa tetap datang ke sekolah seperti biasa dan bergantung pada relawan pengajar untuk tetap mendapatkan hak mereka atas pendidikan.

Teks: M. Rifaldy Zelan, Kamila Meilina
Kontributor: Syifa Nadia
Editor: Ninda Maghfira
Foto: Intan Shabira

Pers Suara Mahasiswa UI 2022
Independen, Lugas, Berkualitas!